Bagi sebagian orang, datangnya bulan Muharam bukanlah sesuatu yang baru, karena sebagian orang telah menemui bulan Muharam lebih dari sekali bahkan puluhan kali. Tapi ternyata masih banyak diantara sebagian orang itu belum tahu tentang amalan sunnah pada bulan Mulia ini. Ibadah apakah itu ? Ibadah itu adalah berpuasa pada bulan Muharam, yaitu puasa ‘Asyura’ dan Puasa Tasu’a.
Keutamaan Puasa di bulan Muharam (Puasa ‘Asyura)
Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah - Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam. [Hadits Riwayat Muslim]
Puasa yang paling ditekankan untuk dilakukan pada bulan Muharam adalah puasa pada hari ’Asyura’ yaitu pada tanggal 10 Muharram. Berpuasa pada hari tersebut akan menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu, sebagaimana dikatakan oleh Abu Qotadah Al Anshoriy :
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu. [HR. Muslim]
Hukum Puasa Asyura’
Sebenaranya pada zaman Jahiliyah orang-orang Quraisy melakukan puasa pada hari 'Asyura’, Puasa Muharram (asyura) ini tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah jadi sunnah setelah turun kewajiban puasa Ramadhan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dari Ibu Abbas ra, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam , ketika datang ke Madinah, mendapatkan orang Yahudi berpuasa satu hari, yaitu ‘Asyuraa (10 Muharram). Mereka berkata, “Ini adalah hari yang agung yaitu hari Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan keluarga Firaun. Maka Nabi Musa as berpuasa sebagai bukti syukur kepada Allah SWT. Rasulullah SAW, berkata, “Saya lebih berhak mengikuti Musa as. Daripada mereka.” Maka beliau berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa”. [HR. Bukhari]
Dari hadits ini An Nawawi -rahimahullah- mengatakan, “Para ulama sepakat, hukum melaksanakan puasa ‘Asyura untuk saat ini (setelah diwajibkannya puasa Ramadhan) adalah sunnah dan bukan wajib”.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصُومُ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا هَاجَرَ إِلَى الْمَدِينَةِ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ شَهْرُ رَمَضَانَ قَالَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah radliallahu 'anha, ia berkata; Di zaman Jahiliyah orang-orang Quraisy melakukan puasa pada hari 'Asyura`, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah pula melaksanakannya. Ketika beliau melakukan hijrah ke Madinah beliau berpuasa dan beliau memerintahkan agar berpuasa. Maka tatkala puasa Ramadlan diwajibkan, beliau bersabda: "Siapa yang suka puasa di hari 'Asyura`silakan ia berpuasa, dan siapa yang tidak suka boleh meninggalkannya. [HR. Muslim]
Kapan puasa ‘asyura dilakukan ?
Hari ‘Asyura’ (عاشوراء ) adalah hari ke-10 pada bulan Muharram dalam kalender Islam. Oleh karena itu puasa ‘asyura dilaksanakan pada tanggal 10 setiap bulan Muharam.
Namun pada akhir hayatnya, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bertekad untuk tidak berpuasa pada hari ‘asyura saja, tetapi menambahkan dengan puasa sehari lagi, yaitu puasa tanggal 9 Muharam (disebut puasa Tasu’a). Hal tersebut Beliau lakukan supaya menyelisihi puasanya Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Dalam shahih Muslim, dari Ibnu Abas radiyallahu ‘anhuma berkata :
حِينَ صَامَ رَسُولُ الهِس صَلَّى الهُت عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ الهِس إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ الهِِ صَلَّى الهَُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ الهٌُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ الهِ صَلَّى الهُك عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan (para sahabat) supaya berpuasa. Para sahabat berkata : “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani”, Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pada tahun depan insya Allah kita puasa tanggal 9”. Tetapi beliau wafat sebelum datangnya tahun berikutnya” [Hadits Riwayat Muslim]
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa puasa sunnah pada bulan Muharam adalah menjalankan puasa Tasu’a tanggal 9 Muharam dan Puasa ‘Asyura pada tanggal 10 Muharam. Hal ini juga telah ditetapkan oleh Muhammadiyah dalam Putusan Muktamar Tarjih Muhammadiyah ke XXI di Klaten tahun 1980 tentang puasa Tathawu’.
Sejalan dengan putusan di atas, para ulama berpendapat perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “… aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”, mengandung kemungkinan beliau ingin memindahkan puasa tanggal 10 (Muharram) ke (tanggal) 9 Muharram, dan beliau ingin menggabungkan keduanya dalam pelaksanaan puasa ‘Asyura. Tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamternyata wafat sebelum itu (sebelum melaksanakannya). Dengan memahami bahwa puasa tanggal 9 Muharram adalah sunnah (qauliyyah, yang dicita-citakan oleh Rasulullah s.a.w.), dan puasa tanggal 10 Muharram adalah sunnah (fi’liyyah), yang paling selamat adalah puasa pada kedua hari tersebut sekaligus, tanggal 9 dan 10 Muharram.
Tidak ada komentar